Kata
Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nyalah maka
saya boleh menyelesaikan Tugas Pendahuluan ini .
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah Tugas Pendahuluan PERPETAAN dengan judul " ALAT-ALAT PERPETAAN ", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari isi yang telah di jelaskan .
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi Tugas Pendahuluan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan tuga pendahuluan saya ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuahan YME memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Samarinda, 6 Maret 2013
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah Tugas Pendahuluan PERPETAAN dengan judul " ALAT-ALAT PERPETAAN ", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari isi yang telah di jelaskan .
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi Tugas Pendahuluan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan tuga pendahuluan saya ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuahan YME memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Samarinda, 6 Maret 2013
S.RINDA KINANTY
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Ilmu
ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan suatu ilmu
yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya dalam bentuk
tertentu. Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang membutuhkan
data-data koordinat dan ketinggian titik lapangan Berdasarkan ketelitian
pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi atas dua macam, yaitu :
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang
memperhitungkan kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic Surveying
ini digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang
hitung yaitu bidang lengkung (bola/ellipsoid).
2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang
mengabaikan kelengkungan bumi dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane
Surveying ini digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan
menggunakan bidang hitung yaitu bidang datar.
Dalam
praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying) . Ilmu Ukur tanah
dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda
untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan
lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat
ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah
didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Dalam
praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan
pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat dibangku
kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat
memahami dengan baik aspek diatas.
BAB II
ALAT-ALAT
PERPETAAN
a. Pesawat
penyipat datar (PPD)
1. Lingkaran horizontal berskala,
2. Skala pada lingkaran horizontal,
3. Okuler teropong,
4. Alat bidik dengan celah penjara,
5. Cermin nivo,
6. Sekrup penyetel fokus,
7. Sekrup penggerak horizontal,
8. Sekrup pengungkit,
9. Sekrup pendatar,
10. Obyektif teropong,
11. Nivo tabung,
12. Nivo kotak.
b. Statif
(Kaki Tiga)
Statif
(kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya dapat
menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya runcing, agar masuk
ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai
dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak pada gambar
dibawah ini :
Gambar
3.2
c. Unting –
Unting
Unting-unting
ini melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini berfungsi sebagai
tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada tepat di atas patok.
Gambar 3.3
Unting-unting
d. Rambu
Ukur
Rambu
ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang berukuran ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm,
bahkan ada yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi
sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan ukuran milimeter dan diberi tanda pada
bagian-bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah
dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Bak
ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara
detail.
Gambar
3.4
Rambu ukur/Bak ukur
Payung
digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung maupun hujan
karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar matahari.
Payung
Kompas
digunakan untuk menentukan arah utara dalam pengukuran sehingga dijadikan
patokan utama dalam pengukuran yang biasa di sebut sudut azimut.
Gambar
3.6
Kompas
g. Nivo
Di
dalam nivo terdapat sumbu tabung berupa garis khayal memanjang menyinggung
permukaan atas tepat ditengah. Selain itu, dalam tabung nivo terdapat gelembung
yang berfungsi sebagai medium penunjuk bila nivo sudah tepat berada ditengah.
Gambar 3.7
Nivo kotak
h. Rol
Meter
Rol Meter
i. Patok
Patok
ini terbuat dari kayu dan mempunyai penampang berbentuk lingkaran atau segi
empat dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan ujung bawahnya dibuat runcing,
berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik utama dalam pengukuran.
Gambar 3.9
Patok
Patok
j. Alat
penunjang lain
Alat
penunjang lainnya seperti blangko data, kalkulator, alat tulis lainnya, yang
dipakai untuk memperlancar jalannya praktikum.
Gambar
3.10
Blangko
data, Alat tulis dan Kalkulator
2.1.1. Penentuan profil
a.
Profil Memanjang
· Pemasangan patok dilakukan pada jarak
tertentu. Dalam hal ini sesuai dengan keinginan anda. Namun demikian, terlebih
dahulu tentukan arah utara dengan menggunakan kompas. Kemudian menolkan nilai
dari waterpass, dimana arah utara merupakan patokan utama. Waterpass diletakkan
di tengah-tengah antara kedua patok.
· Waterpass diseimbangkan dengan melihat
kedudukan nivo sambil memutar sekrup penyetel hingga gelembung yang berada di
dalamnya dalam kedudukan yang seimbang (di tengah-tengah).
· Pada pengukuran profil memanjang ini
digunakan metode “Double Standing”, yaitu suatu metode dimana pengukuran pergi
dan pengukuran pulang dilakukan serempak hanya dengan menggunakan kedudukan
pesawat, misalnya pada pengukuran pergi, P0 sebagai pembacaan belakang dan P1
sebagai pembacaan muka, begitu pula sebaliknya.
· Bak ukur diletakkan di atas patok dengan
kedudukan vertikal dari segala arah.
· Waterpass diarahkan ke patok pertama (P0)
selanjutnya disebut pembacaan belakang. Pada teropong terlihat pembacaan benang
atas, benang tengah dan bawah. Setelah itu waterpass diarahkan ke patok kedua
(P1).
· Selanjutnya dengan mengubah letak pesawat
(waterpass) kita mengadakan pengukuran pulang dengan mengarahkan ke P1
(pembacaan belakang). Pada teropong terlihat pembacaan benang atas, tengah dan
bawah.
· Pengamatan selanjutnya dilakukan secara
teratur dengan cara seperti di atas sampai pada patok terakhir.
· Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada
tabel yang tersedia.
b. Profil
Melintang
ü Waterpass
diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kembali kedudukan nivo nya
seperti pada pengukuran profil memanjang.
ü Pada
jarak yang memungkinkan diletakkan bak ukur. Titik yang diukur disebelah kanan
waterpass diberi simbol a, b dan disebelah kiri diberi simbol c dan d.
ü Pengukuran
dilakukan secara teliti mulai dari patok pertama sampai pada patok terakhir.
ü Semua
data yang diperoleh dicatat pada tabel yang tersedia
2.1.2. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpass
Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam
mengoperasikan alat ini, yaitu :
a.
Memasang alat di atas kaki tiga Alat
ukur waterpass tergolong kedalam Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus
terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus
dikuasai adalah memasang alt ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini
jangan dianggap sepele, jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang
ada di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini
harus diperhatikan juga antara lain :
ü Kedudukan
dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas, sehingga waterpass terpasang di tengah kepala kaki
tiga.
ü · Kepala kaki tiga umumnya berbentuk
menyerupai segi tiga, oleh karena itu sebaikny
tiga skrup pendatar yang ada di alat
ukur tepat di bentuk segi tiga tersebut.
ü Pemasangan
skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar tidak mudah
bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan alat terlepas.
b.
Mendirikan Alat ( Set up ) Mendirikan alat adalah memasang alat ukur
yang sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap
untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:
ü Sumbu
satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan gelembung
nivo kotak ada di tengah.
ü Garis
bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung nivo tabung
ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.
c. Membidikan Alat Membidikan alat adalah
kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik,
memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar
objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma
tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan.
2.1.3. Membaca Hasil Pembidikan Ada 2 hasil
pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :
a.
Pembacaan Benang atau pembacaan rambu.
Pembacaan
benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu ukur yang dibidik
yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia atas dan bawah.
Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan
Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas
(BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB).
Karena jarak antara benang diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah
sama, maka :
BA – BT = BT – BB atau
BT = ½ ( BA – BB) Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau
salahnya pembacaan.
Kegunaan pembacaan benang ini adalah :
Ø Bacaan
benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara tempat berdiri alat
dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara rambu-rambu ukur yang
dibidik.
Ø Bacaan
benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara tempat berdiri
alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik.
Ø Pembacaan
rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak dan ada yang
terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam satuan meter (m) atau
centimeter (cm). Sebagai contoh terlihat pada Gambar.
b. Pembacaan Sudut Waterpass seringkali juga
dilengkapi dengan lingkaran mendatar berskala, sehingga dapat digunakan untuk
mengukur sudut mendatar atau sudut horizontal.
Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa
digunakan, yaitu :
ü Satuan
derajat
Pada
satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian dinyatakan
dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian, setiap
bagian dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi kedalam 60
bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”).
ü Satuan
grid.
Pada
satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian dinyatakan
dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi kedalam
100 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi-centigrid (1ccg). Salah
satu contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpass NK2 dari Wild.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar